KHUTBAH TERAKHIR KEKASIH ALLAH
Rujukan :
100 SENJATA MUKMIN TERBONGKAR
Terjemahan : Laila Hasanah & Mohd Ridzuan Rizal Bin Ab. Rahman
Bismillahirrahmanirahim......
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang
Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah :
"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua perkara kepada kalian, al-Quran dan Sunnahku. Sesiapa mencintai Sunnahku, beerti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisannya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," Keluh hati semua sahabat kala itu.Manusia tercinta itu, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar.
Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian dia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?." " Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali aku melihatnya," Tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang mengetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah Malakul Maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. " Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khuatir, wahai kekasih Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku : "Kuharamkan syurga bagi sesiapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,"Kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengadu. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat penghantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebantar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa ma malakat aimanuka" ("Peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu").
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatii" (Umatku, umatku, umatku").
Dan, berakhirlah hidup manusia yang memberi sinaran itu. Kita umat yang ditinggalkannya, hanya ada satu cara untuk membuktikan cinta kita kepada Rasulullah, iaitu dengan mengikuti semua sunnahnya sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan kita.
Semoga perkongsian ini bermanfaat kepada pembaca.
Segala yang baik datangnya dari Allah s.w.t dan yang buruk datangnya dari kelemahan saya sendiri.
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharahlah kami daripada seksaan api neraka."
Tiada ulasan:
Catat Ulasan